GARUTSELATAN.INFO - JAKARTA, Koordinator Wilayah Perkumpulan Hononer K2 Indonesia (PHK2I) Provinsi Jawa Barat Cecep Kurniadi mengungkapkan keprihatinannya atas sikap pemerintah yang dinilai secara perlahan mematikan mereka.
Ilustrasi [foto : kabar-banten.com] |
Ada beberapa alasan mendasar mengapa guru honorer di matikan secara perlahan, pertama persoalan status guru honorer tidak jelas, jangankan untuk menjadi PNS, guru honorer yang Lulus seleksi PPPK di bulan April lalu saja sampai saat ini SK-nya belum terbit.
Bukan hanya itu saja lewat Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan Mandiri yang difokuskan pada guru fresh graduate tetapi juga melalui rekrutmen CPNS 2019.
Belum lagi aturan sertifikasi melalui jalur PPG mandiri yang mungkin tidak terjangkau biayanya oleh guru honorer karena bergaji 300 ribu sebulan.
"Jangankan PPG, penerimaan CPNS hari ini juga pukulan telak bagi mereka yang usianya di atas 35 tahun dan sudah mengabdi puluhan tahun. Mereka cemas karena pengabdiannya akan tergeser dengan PNS baru. Sangat menyedihkan," kata Cecep Rabu (13/11).
Dengan kondisi tersebut, lanjutnya, honorer yang pengabdian belasan hingga puluhan tahun akan mati secara perlahan.
"Sungguh malang nasib honorer K2. Ketika negara kesulitan dana, tenaga kami dipakai. Ketika ada dana untuk rekrutmen pegawai, kami malah tersingkir oleh aturan yang dibuat pemerintah," tuturnya.
Sumarni Azis, korwil PHK2I Sulawesi Selatan menambahkan, dengan diadakannya penerimaan CPNS 2019 ini, guru honorer K2 akan tersingkirkan di sekolah masing-masing.
"Dengan masuknya guru-guru baru yang lulus CPNS, otomatis honorer akan digeser atau diberhentikan. Yang lalu juga sudah ada teman mengalami hal tersebut. Sayang sekali pengabdian kami ini tidak dihargai," tandasnya.
jpnn.com
Baca Artikel Garutselatan.info Lainnya di Google News