Iklan Header

15 Tahun Lumpur Lapindo: Bagaimana Keadaannya Sekarang

Garsel Net
Editor: Garutselatan.info Sabtu, 09 Oktober 2021, 12:58 WIB Last Updated 2021-10-09T05:58:08Z
Baca Juga
15 Tahun Lumpur Lapindo: Bagaimana Keadaannya Sekarang - Hari itu, Komplek Pemakaman Umum Desa Besuki, Kecamatan Jabon, Sidoarjo, Jawa Timur, terlihat ramai dibanding hari biasa. Menjelang akhir Ramadan, warga banyak berdatangan berziarah.


15 Tahun Lumpur Lapindo: Bagaimana Keadaannya Sekarang

Pemandangan sama di Pemakaman Dusun Babatan, Desa Kedungcangkring. Peziarah membawa cangkul dan sabit untuk membersihkan kuburan yang tertutup tanaman perdu. “Setahun sekali. Biar ingat dengan desanya,” kata Abdul Kodir.

Bagi Abdul Kodir, menyambangi kuburan bukan sekadar berkirim doa untuk kerabat yang ada di balik gundukan tanah. Lebih dari itu. Rutinitas tahunan itu sekaligus mengenang kampung halaman yang ikut terkubur semburan lumpur Lapindo. Di sana, dia pun berharap bertemu para tetangga dan kolega dulu.



Luapan lumpur Lapindo sejak 29 Mei 2006 itu memporak-porandakan permukiman desa termasuk komplek pemakaman. Pun demikian dengan para penghuninya. Mereka pindah dan menyebar di banyak tempat. Ziarah kubur pun jadi salah satu alasan mereka ‘kembali’. Di pemakaman itu pula, warga yang terpencar saling bertemu.

Di sana, mereka saling bertegur sapa atau menanyakan kabar tetangga yang lain, yang kebetulan tak mereka jumpai. Selebihnya, mereka tetap berharap bisa kembali bertemu lagi. Entah kapan, dan dimana.



Desa Besuki, hanyalah satu dari 16 desa dan kelurahan di tiga kecamatan di Sidoarjo yang ‘hilang’ imbas luapan lumpur dari perusahaan pertambangan, PT Lapindo Brantas ini. Sebanyak tujuh desa lain di Kecamatan Tanggulangin, enam di Kecamatan Porong, dan lima desa lain di Kecamatan Jabon.



Bersama rumah-rumah penduduk, pemakaman yang didatangi warga itu pun sejatinya ikut tenggelam. Namun, warga berusaha menjaga dengan cara menguruk.

Suhandoyo, juru kunci mengatakan, setidaknya tiga kali warga meninggikan area permakaman yang tak seberapa luas itu.




Peninggian dengan menambahkan material pasir dan batu. “Batu-batu nisan yang dipasang itu ya baru semua. Wong yang lama ikut terkubur,” kata Nursiono, juru kunci makam Besuki kepada Mongabay. Makam ini juga masih digunakan hingga kini.

Nursiono mengatakan, banyak di antara korban yang pindah ke desa lain tetapi makam tetap dipakai sampai saat ini. “Kan mereka yang sudah pindah juga masih ingin dimakamkan di sini.”




Erik Purnomo, warga korban tak pernah bisa melupakan kenangan kampung halaman. Kendati luapan lumpur Lapindo sudah 15 tahun, dia tak bisa lupa. Hampir saban sore sepulang kerja, dia menyempatkan diri melihat bekas desanya yang tenggelam lumpur.

“Hampir tiap sore, sepulang kerja saya ke sini. Ya, apa ya Mas. Seperti belum bisa percaya kalau kampung saya sudah tidak ada,” katanya lirih.

Erik berusaha menahan tangis saat menceritakan kenangan di tempat itu dulu. Kedua mata berkaca-kaca. Akhirnya, dia tak mampu menahan air mata katika mengenang keluarganya telah tercerai berai gara-gara lumpur Lapindo ini.




Bagi Erik, lumpur yang terus meluap hingga kini tak cuma mengubur rumah-rumah warga juga merusak nilai-nilai lokal. Bahkan, gara-gara lumpur itu, keluarga besarnya kini tak lagi akur gara-gara pembagian ‘ganti rugi’ yang tak merata.

“Saya punya lima saudara. Itu nggak rata pembagian dari orangtua,” katanya. Sehari-hari bekerja sebagai pengepul rongsokan.


Ikuti Saluran WhatsApp Kami Garutselatan.info Lainnya di Google News

Komentar

Tampilkan

Terkini

Game

+